Rujak Bukan Rujuk

ini sebagai salah satu keberuntungan

perjalanan pulang yang panjang

jika dibandingkan dengan perkiraan

menuruni gunung yang semula akan cepat

begitu yang terlintas di dalam pikiran kita

ternyata masih membutuhkan waktu panjang juga

namun ada syukur dari semua ketika tiba di desa

hari belum gelap dan masih bisa mencari makanan

mengingat semua sudah kehabisan perbekalan

karena ada sedikit pergeseran waktu tempuh


"Nah itu dia, kita bisa charge tenaga "

Dengan semangat menunjuk warung di pinggir desa kecil tempat kami pertama menjumpai satu kemungkinan terdekat buat makan.

"Minta rujuk ya Bu?" tentu suara yang paling lapar memesan sudah tanpa bisa sedikit saja punya kelakar.

"Gak ada dik, adanya rujak, sama nasi pecel", Ibu penjual dengan senyum menyambut kami, yang semua sudah tampak lusuh alias kumal.

Sambil menunggu semua pesanan lengkap ternyata kami baru sadar, bahwa ada tulisan kecil di papan sebelah kanan pintu masuk yang memang tampak dibuat oleh seorang anak yang sedang belajar menulis, dengan beberapa coretan-coretan. Dan yang membuat semua kini jadi tertawa ternyata tulisan itu memang bunyinya jual rujuk, yang maksudnya adalah jual rujak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar