Kira-kira sembilan hari yang lalu, sepulang pendakian yang sudah dapat ditebak bagaimana wajah dekil dan lelah, dering nada chat yang telah telah mencoba ngobrol beberapa hari sebelumnya terdengar di dalam tas yang baru saja kuletakkan.
Kumenangkap inti maksud baiknya dan keinginannya bincang langsung bila sudah pulang dan cukup istirahat suatu saat.
Baru hari berikutnya, ia menyambangi tempatku sepulang berlatih yoga. Kegiatan yang baru menarik baginya beberapa minggu terakhir ini. Kesibukan yang dipilihnya setelah kepadatan kuliahnya berkurang, demikian singkat ceritanya setelah bersama pernah ikut dalam suatu sesi sosial di kampus.
Sekarang hanya secangkir teh di depan kita yang lebih hangat dari arah obrolan yang ingin dia bawa sebagai seorang senior.
Bila ia cowok mungkin tidak akan sulit menduga, tetapi sebagai sesama cewek memikir kiri ke kanan tebakan dan tendensi kunetralkan dengan tanya sana sini aja.
Ia punya waktu bebas sepertinya, sebebas caranya mengulang kisah ketika kita ikut dalam proyek sosial kampus bulan lalu. Sesi yang baru sekali kuikuti. Baginya catatan yang ia buat membuatnya ingat bagaimana aku bisa buat bagian yang kugarap punya andil sangat besar dalam suksesnya acara.
Tak kurang cowok yang ia kenalkan dan baginya membanggakan waktu itu sudah ia putuskan. Lalu keadaan seperti senyap, dan aku juga belum bisa menemukan kata untuk memberi sedikit tanggapan.
Tanpa ingin menaiki masalahnya, atau masuk lebih dekat mencampuri urusan pribadinya, aku hanya bergeser ke kursi agar lebih dekat dengan duduknya.
"Maaf ya Kak, apakah ini yang membawa Kakak sampai me sini?" Kutanya ia dengan sedikit selidik dan senyum.
"Hhhmmm, termasuk itu juga". Senyumnya sedikit tertahan, namun wajahnya tampak semakin santai.
Tidak itu saja dia telah menggambarkan kemarahannya dan dendamnya. Yang terutama pada temannya sendiri yang ternyata membuat cowoknya itu harus diputus. Keduanya telah menjadikan sumbernya awal emosinya menjadi tidak stabil., tidak jarang banyak tugas tidak dapat selesai memuaskan.Harapanya ikut yoga akan menyelesaikan masalahnya, tetapi meskipun membantu belum sepenuhnya tuntas.
"Sepertinya, Kakak salah orang looh..., datang ke adik tingkat, yang yang masih junior dan baru dikenal." Bicara apa adanya menjadi piluhanku, karena ketemu profesor pun ia pasti lebih mudah dariku, karena siapa sih yang nggak kenal dia.
"Bukan gitu dek, bukan maksudku mau menyerang atau marah sama kedua monyet itu, tapi , maunya adem aja, terutama kalau ngelihat mukanya"
Sepertinya ini bukan hal mudah diubah, kecuali ikut menghela nafas, sembari mengetik beberapa kata melanjut chat terakhir dengannya.
"Nah... ini dia, Aku yakin nggak salah pilih datang kemari , ini bisa jadi pilihan solusi! Thanks aku terusan aja ya... oh iya ini ada proposal buat acara bulan depan, gabung ya!" Spontan ia bereaksi seakan melompat langsung mengambil kunci mobilnya dan kabur dengan wajah semakin berseri -seri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar