Tanganmu menggenggam dengan lembut
Ku mencoba mengerti suasana berkabut
saat itu
Bila engkau tak ingin membuatku takut
itu saja yang kusadari
meskipun tanpa semua keadaan kau sebut
Tidak banyak dari semua kenangan larut
dan mengalir menjadi utuhnya rangkai cerita
Namun itulah walaupun sedikit yang terjumput
Ketika ingin mengisah betapa ada
dan sungguh ada itu di belahan dunia lain
sebuah bekerlangsungan yang disebut kemelut
Namun kesekian kali matamu membuat salut
rela menghampiri dengan cinta tanpa berbalut
setidaknya begitulah engkau yang terbaik bersahut
Membuka lembar demi lembar penuh kesabaran
Aku yang sedang belajar melangkah hingga berani membuka mata
Melihat masih ada keindahan dibalik kabut-kabut itu
Juga keindahan kabut-kabut itu
Hingga terdengar suara seruput
Teh hangat yang telah kau buat menabutkan bau harum
beranda itu terasa sebagai tempat yang menyambut apalagi
jika bukan .....
Kepulangan masa lalu yang tanpa perlu harus ditakuti
Nyata terdengar seperti kicau burung di pohon-pohon
dan desir angin yang membelai setiap ranting-rantingnya
Apa yang sebenarnya telah engkau tunjukkan
Sembari mengikuti seruputmu itu pun kucoba bertanya
Ingin mendapat jawaban sesegera namun siurungkan oleh suasana lain
Kubelajar saat itu untuk menyimpan hasrat sejenak mengikuti suasana baru
Tangga bagai tampak di kejauhan sejalan dengan menipisnya kabut ketika hari beranjak
Anjangsana gulir daun-daun kering ditiup angin yang menapakinya dan itu pun istimewa
Paling tidak sebelum tampak ada kaki yang melewati dan meniti tangga-tangga itu
Daun-daun itu telah mendahului menampakkan geraknya di pagi yang istimewa
Esok dan kemarin punya ceritanya sendiri dan ia bukan penghuni kisah pagi ini
Dan hanya pada waktu itu saat engkau mengejakan semua tanpa harus kening berkerut
namun selaras dan seturut dengan keadaan yang berkabut namun tetap mengubah tanpa adanya kemelut ataupun rasa takut akan apa yang memang harus dilihat dan dijumpai....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar